Tuesday 10 July 2012

Mengamati Kondisi Saat Ini

Perubahan ke arah yang lebih baik buat sebuah organisasi biasa diawali dengan mengamati kondisi saat ini. Bila kita salah melihat dan menyimpulkan kondisi organisasi jangan-jangan kita akan salah pula dalam memberikan solusi terhadap masalah organisasi itu.

Seperti di awal artikel saya sudah menuliskan bahwa saya hanya akan berfokus pada perilaku individu yang berkaitan dengan emosi, pikiran dan perilaku saja. Oleh karena itu pengamatan yang harus dilakukan juga harus berfokus kepada 3 hal yang sudah saya sebutkan diatas.

Organisasi yang kinerjanya statis, tidak meningkat atau malah cenderung turun bisa diakibatkan oleh banyak faktor baik faktor teknis maupun non-teknis.  Dalam hal ini saya tidak akan mencapuri hal-hal yang berbau teknis karena memang hal ini sangat luas dan njlimet. Urusan mengamati hal-hal teknis pasti sudah dilakukan oleh management organisasi mulai dari menyewa konsultan, melakukan assessment, mengukur kinerja dan lain sebagainya. Pada kesempatan ini saya hanya ingin mengingatkan satu faktor lagi yang tidak kalah pentingnya tapi sering dilupakan oleh management sebuah organisasi, faktor itu adalah faktor non-teknis yaitu kondisi emosi, pikiran dan perilaku individu yang kurang mendukung tujuan organisasi.

Sebenarnya memperhitungkan faktor non teknis berupa emosi, pikiran dan perilaku juga sudah banyak dilakukan oleh organisasi-organisasi yang mengalami masalah karena saat ini banyak buku dan training yang menyampaikan hal tersebut, namun demikian bila saya amati ada beberapa hal yang belum dijalankan dengan sepenuh hati oleh management organisasi.

Satu contoh kecil misalnya dalam buku atau training disebutkan bahwa "kita harus memimpin dengan hati". pertanyaan berikutnya adalah benarkan para pemimpin itu sudah memimpin dengan hati? Bagaimana mereka bisa tahu bahwa mereka sudah memimpin dengan hati? bagaimana mereka tahu "isi hati" anak buah mereka itu marah, kecewa, biasa-biasa saja atau bangga dengan mereka? bagaimana pola komunikasi yang baik agar mantra "memimpin dengan hati" ini bisa "dijalankan dengan sepenuh hati"? dst.........

Contoh lain adalah nasihat berupa kata-kata bijak "pemimpin harus memberi contoh dahulu". pertanyaan selanjutnya adalah apakah mereka sebagai pemimpin sudah "selalu" memberi contoh kepada anak buah mereka? Apakah mereka seorang pemimpin yang bisa dibanggakan oleh anak buah mereka (minimal dibanggakan kepada bagian lain atau kepada keluarganya) dibanggakan karena memang mereka sangat terkesan dengan pemimpinnya.

Sangatlah wajar bila anak buah selalu melihat keatas atas segala yang dituntut kepada mereka untuk dilakukan, misalnya bila anak buah dituntut berdisiplin maka mereka akan melihat apakah atasan mereka juga disiplin. Memang pada beberapa hal kadang ada anak buah yang sangat disiplin dan tidak terlalu peduli dengan disiplin atasannya, hal ini sangat bagus tetapi harus diwaspadai juga karena jangan-jangan dia juga akan mem"barter" dengan hal lain yang tidak bisa dia penuhi misalnya "sulit berkembang / kemampuan teknisnya kurang". Bisa jadi dia tidak mempermasalahkan atasan yang kurang disiplin, dia tetap disiplin tapi dia akan mengharapan tidak terlalu "diganggu gugat" karena dia "sudah mentok" alias "sudah tidak bisa dikembangkan lagi.

Pada kondisi ini perlu saya garis bawahi bahwa hal yang saya sebutkan diatas bukan sesuatu yang bisa dianggap salah karena hal tersebut tersimpan rapat dalam hati / pikiran individu masing masing entah itu atasan ataupun bawahan. Yang ingin saya sampaikan adalah sudah saatnya sebuah organisasi yang ingin berubah harus mulai memperhatikan faktor2 tersebut dengan sangat detail karena bisa jadi hal ini menjadi kunci sukses perubahan organisasi tersebut di masa yang akan datang.

Salam Sukses
Irawan Hendro


No comments:

Post a Comment